BAB I
Pendahuluan
Pengertian
Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
- Premium : Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.
- Pertamax : ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters.
- Pertamax Plus : Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance International World Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers dan catalytic converters.
- Solar : High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa cetane number 45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin trasportasi mesin diesel yang umum dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik (injection pump) dan electronic injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor trasportasi dan mesin industri.
Latara Belakang
Realisasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh pemerintah pada bulan Mei 2008 lalu secara tidak langsung akan ikut membentuk ekspektasi inflasi oleh masyarakat dalam bentuk naiknya harga-harga komoditas. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, komoditas penyumbang inflasi terbesar bersumber dari kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan. Adanya shock yang bersumber dari administrered price diduga akan berpengaruh (multiplier effect) terhadap meningkatnya harga dari komoditas-komoditas yang terkait pada kelompok bahan makanan dan perumahan.
Tujuan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk : 1) Mengetahui informasi tentang efek isu kenaikan harga terhadap perkiraan pembentukan harga, 2) Mengetahui informasi tentang efek isu kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap struktur biaya produksi, 3) Menggali informasi tentang efek isu kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap pola konsumsi rumah tangga, 4) Menggali informasi tentang perkiraan harga sampai dengan akhir 2008, setelah terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak.
Metodelogi
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini semua orang yang tercatat berdomisili yang dikelompokan atas dua kelompok, yaitu : 1) konsumen yaitu semua masyarakat yang ada di luar produsen atau penjual komoditas, 2) produsen atau penjual komoditas yang ada baik berupa perorangan maupun badan usaha. Jumlah sampel yang terambil sebanyak 400 rumah tangga responden, yang terdiri dari 250 rumah tangga konsumen bahan makanan dan 150 rumah tangga produsen bahan makanan yang tersebar.
BAB II
Pembahasan
Dari hasil survei didapatkan beberapa hal sebagai berikut :
UMKM industri rumah tangga penguna bahan bakar minyak, adalah industri pengolahan makanan, penangkapan ikan, warung makan, penggilingan jagung dan padi, p arut kelapa, industri kerajinan tangan rumah tangga, tahu tempe dan kerupuk. Biaya produksi dari usaha kecil atau industri rumah tangga.Pedagang selalu mengeluarkan biaya untuk melaksanakan berbagai fungsi pemasaran. Kenaikan harga BBM mengakibatkan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pun berubah. Kenaikan harga BBM meningkatkan biaya pemasaran meningkat 33,45% dibandingkan dengan keadaan sebelum kenaikan harga BBM. Komponen biaya pemasaran yang meningkat cukup tinggi adalah komponen biaya tenaga kerja (65,08 %), diikuti kenaikan biaya untuk BBM 41,11 % biaya transportasi 34,80 %. Dampak kenaikan harga BBM berpengaruh terhadap omset pembelian dan penjualan komoditas bahan makanan oleh pedagang. Penurunan omset pemasaran ini bervariasi diantara komoditas pangan yang diperdagangkan. Komoditas bahan pangan yang mengalami penurunan cukup signifikan adalah telur yang besarnya 61,5 diikuti dengan ikan 66.79% dan beras 68,40. Kenaikan harga BBM menyebabkan harga berbagai komoditas pangan pun mengalami peningkatan yang bervariasi menurut jenis bahan makanan yang diperdagagkan. Kenaikan harga BBM menyebabkan kenaikan harga komoditas pangan dengan variasi diantara komoditas yang dipasarkan. Untuk kelompok beras sebagian besar (48,57 %) pedagang menaikan harga beras kurang dari 5 % sementara sebanyak 42,86 % menaikan harga beras yang dijual meningkat antar 5,1- 6 % terdapat sebagian kecil yang mengatakan harga beras yang dijual meningkat lebih dari 7 %. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan untuk kelompok bahan makanan meningkat dari 488.934,54 sebelum kenaikan harga BBM menjadi Rp. 634.973,93 setelah kenaikan harga BBM. Sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan untuk kelompok bahan non makanan menurun dari Rp. 939.869,76 menjadi Rp. 882. 741,07. Secara keseluruhan konsumen memperkirakan bahwa harga bahan makanan pada akhir tahun 2008 naik. Perkiraan dengan trend sama juga akan terjadi pada semester I 2009. Perkiraan konsumen ini erat dengan kaitannya dengan adanya Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang akan memicu kenaikan berbagai bahan makanan. Faktor pemicu peningkatan harga pada semester pertama 2009 adalah faktor iklim atau cuaca. Menyebabkan arus transportese barang tidak lancar dari luar ke NTT terlambat sehingga dapat memicu kenaikan harga bahan makanan.
Dengan demikian untuk meminimalkan sumber tekanan inflasi, pemerintah perlu melakukan beberapa langkah, yaitu :
(1) Ada pembinaan manajemen usaha dan pemasaran serta bantuan modal bagi usaha menenggah, kecil dan mikro dalam pengelolaan usahanya agar bisa bekerja secara efisien dan efektif dalam pengelolaan usahanya, dan
(2) Upaya untuk mengembangkan bahan makanan produk lokal untuk mengurangi ketergantungan konsumen terhadap komoditas bahan makanan yang dipasok dari luar daerah.
BAB III
Saran
sebelum menaikan harga BBM sebaiknya Pemerintah juga harus memperhatikan kesejahteraan rakyat, khususnya rakyat miskin, dari dampak kenaikan harga BBM tersebut.
Daftar pustaka