JellyPages.com

Rabu, 06 April 2011

Burung dan Ulat




Burung dan Ulat
oleh : Yulinda Rohedy Yoshoawini


Desa itu diserang ulat. Pohon tak mau berbuah. Tak ada burung yang datang untuk memakan ulat. Warga desa resah.
“Pak saya tahu, kenpa burung-burung itu tidak mau datng ke desa ini,” ucap seorang anak.
“Kenapa?” tanya Pak Luarh.
“Semua itu karna Kentus,” jawab si anak.
“Kok bisa?” desak Pak Lurah.
“Iya karena Kentuslah ang suka mengetapel burung-burung sehingga tidak ada yang berani datang ke sini, mereka tidak mau celaka,” jelas si anak.
“Ya, Pak Lurah saya juga sering melihat Kentus mengetapel burung,” kata warga lain yang ada di situ.
“Apa?”teriak Pak Lurah penuh amarah.
“Panggil Kentus dan suruh menghadap aku,” perintah Pak Luarah.
“Baik Pak,” sahut satpam.
Singkat cerita Kentus sudah menghadap Pak Lurah.
“Kentus, apa benar kamu yang mengetapel burung-burung yang hinggap di desa kita?” tanya Pak Lurah.
“I...iya Pak,” jawab Kentus tergagap.
“Lebloskan dia ke gudang dan jangan biarkan dia keluar,” perintah Pak Lurah.
“Ampun Pak Lurah, apa salah saya Pak?” pinta Kentus tak mengerti. Dia diserst dan dijebloskan ke gudang yang memang mirip dengan penjara.
“Nah, sekarang bagaimana cara agar burung-burung itu mau datang ke sini dan membasmi hama ulat?” gumam Pak Lurah.
“Saya bisa membuat mereka datang kemari,” sahut si anak.
“O ya, bagaimana dan dimana kamu akan menemukan burung itu!” tanya Pak Lurah.
“Di hutan di dekat kota, untuk itu perlu ada orang yang mengantar saya ke sana dan meminta para burung itu datang ke sini,” sahut anak itu. Jalan cerita tersebut diwarnai dengan suara deru motor yang mengantar si anak ke hutan.
Sesampainya di hutan, si anak menyanyi memanggil kawanan burung tersebut. “Kalian tidak usah takut lagi, Kentus yang suka memburu bangsa kalian sudah dihukum Pak Lurah dan kini mendekam di gudang,” tutur anak itu.
Sepeninggal anak itu, seekor burung yang paling besar dan menjadi pimpinan mereka, mengumpulkan seluruh pengikutnya dan bersuara dengan lantang, tentu saja dengan bahasa burung. “wahai rakyatku, kantus kini telah menerima hukuman dari kepala Desa, dan kini mendekam di gudang. Jadi tak akan ada yang memburu dan menyakiti kita. Kita di minta datang ke desa untuk membasmi ulat yang telah menggerogotin pohon di desa itu. Kalian harus bersiap,” titah si raja burung.
“Setuju!” sambut rakyat burung dengan girang.


Keesokan harinya tardengar suara kepak sayap burung dengan suara lantang.  “serbuuu...!!! teriak para burung penuh semangat. Dengan sigap mereka hinggap di dahan dan mulai mematuk gerombolan ulat. Mereka berpesta pora. Keadaan menjadi hening setelah para burung menyantap ulat-ulat. Mereka pulang ke hutan dengan perut menggembung karena kenyang. Hari bengganti hari menjadi bulan. Beberapa bulan kemudian setelah pepohonan di guyur hujan, tunas tumbuh menjadi bunga dan akhirnya berbuah dengan lebat. Desa itu kembali tenteram dan hidup sejahtera dengan hasil panen buah yang melimpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar